-->

Sistem Peredaran Darah

Sistem Peredaran Darah - Cara kerja peredaran darah di dalam tubuh manusia. tidak hanya mengantarkan zat makanan, tetapi juga oksigen. Selain itu, darah menjemput sisa hasil metabolisme minimal sebanyak 75-80 kali dalam satu menit. Sungguh menakjubkan, bukan? Itu adalah salah satu bukti kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Maka dari itu, admin akan membagikan beberapa poin-poin penting dalam artikel tersebut, bahkan kami juga akan menjelasan secara jelas dan lengkap buat anda sekalian. Langsung saja anda menyimak ulasan berikut ini.

A. Sistem Peredaran Darah pada Manusia

Secara umum, sistem peredaran darah berfungsi mengangkut makanan dan zat sisa hasil metabolisme. Selain itu, sistem peredaran darah juga berfungsi sebagai berikut.
  1. Mengangkut zat buangan dan substansi beracun menuju hati untuk didetoksifikasi (dinetralkan) atau ke ginjal untuk dibuang.
  2. Mendistribusikan hormon dari kelenjar dan organ yang mem-produksinya ke sel-sel tubuh yang membutuhkannya.
  3. Mengatur suhu tubuh melalui aliran darah.
  4. Mencegah hilangnya darah melalui mekanisme pembekuan darah.
  5. Melindungi tubuh dari bakteri dan virus dengan mensirkulasikan antibodi dan sel darah putih.
Pada prinsipnya, sistem peredaran darah memiliki empat komponen utama sebagai berikut.
  1. Darah, berfungsi sebagai medium pengangkut untuk nutrisi, udara, dan zat buangan.
  2. Jantung, berfungsi memompa darah sehingga dapat beredar ke seluruh tubuh.
  3. Pembuluh darah, merupakan saluran tempat darah beredar ke seluruh tubuh.
Sistem lain yang dapat menambah atau mengurangi kandungan dalam darah. Misalnya, usus halus dalam sistem pencernaan tempat darah mendapatkan nutrisi yang akan dibawa ke seluruh tubuh, atau ginjal tempat darah mengurangi konsentrasi urea yang dikandungnya.

1. Komposisi Darah

Manusia rata-rata mempunyai lima sampai enam liter darah, atau sekitar 8% dari total berat badannya. Apabila darah diendapkan dengan proses sentrifugasi, darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Starr and Taggart, 1995: 656). Perhatikan Gambar 5.1.
Ketika darah disentrifugasi, akan terbentuk lapisan-lapisan darah, yaitu plasma darah dan sel-sel darah


a.  Plasma Darah

Plasma darah merupakan komponen darah yang paling banyak, yaitu sekitar 55%-60% bagian dari darah. Plasma darah terdiri atas 90% air dan 10% sisanya berupa zat-zat yang terlarut di dalamnya yang harus diangkut ke seluruh tubuh. Zat-zat terlarut tersebut terdiri atas protein, hormon, nutrisi (glukosa, vitamin, asam amino, lemak), gas (oksigen dan karbon dioksida), garam-garam (sodium, kalsium, potasium, magnesium), serta zat buangan seperti urea.

Baca juga
Sistem Gerak Pada Manusia
Protein dalam plasma darah merupakan zat terlarut yang paling banyak.

Terdapat tiga bagian utama protein plasma darah, yaitu:
  1. albumin, berperan dalam mengatur tekanan osmotik darah (mengontrol aliran air yang masuk ke dalam membran plasma);
  2. globulin, mengangkut nutrisi makanan dan berperan dalam sistem kekebalan tubuh;
  3. fibrinogen, berperan dalam proses pembekuan darah.

b.  Sel-Sel Darah

Hampir 45% dari volume darah manusia merupakan sel-sel darah. Darah mengandung beberapa tipe sel darah yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Terdapat tiga macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

1. Sel darah merah

Eritosit (erythro = merah, cyto = sel) tidak memiliki inti sel dan berbentuk bikonkaf sehingga memiliki luas permukaan yang besar (Gambar 5.2). Pria rata-rata mempunyai eritrosit ± 5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai eritrosit ± 4,5 juta per mm3 darahnya. Mengapa bisa demikian?
Sel-sel darah merah berwarna merah dan berbentuk bikonkaf

Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan molekul besi (Fe). Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat molekul oksigen (Gambar 5.3). Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler alveolus di paru-paru. Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon dioksida. Oleh karena itu, karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak larut dalam plasma darah.
Setiap hemoglobin dapat mengikat empat molekul oksigen
Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah. Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah gelap atau kebiru-biruan.

Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang. Misalnya, di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama. Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang 2 juta sel darah merah dalam tubuh kita mati dan digantikan oleh yang baru.

Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah. Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk dirakit kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan harus digantikan melalui makanan. Pendarahan akibat kecelakaan atau menstruasi mengurangi zat besi yang disimpan.

  • Sel Darah Putih

Sel darah putih tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna merah, serta ukuran dan jumlah sel darah putih berbeda dengan sel darah merah. Perbandingan jumlah sel darah putih dan sel darah merah mencapai 1:500 hingga 1:1000. Artinya, terdapat 500 hingga 1000 sel darah merah untuk setiap satu sel darah putih.

Ukuran sel darah putih lebih besar daripada sel darah merah. Sel darah putih memiliki inti sel sehingga dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sel darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit.

Granulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral. Sementara itu, eosinofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat asam, sedangkan basofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat basa.

Sementara itu, agranulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula, terdiri atas limfosit dan monosit. Limfosit dinamai demikian karena sel ini terdapat juga pada cairan limfa. Adapun monosit merupakan sel darah putih yang berukuran besar.


Terdapat lima tipe leukosit, yaitu (a) neutrofil, eosinofil, (c) basofil, limfosit, dan (e) monosit
Sel darah putih dibentuk di limfa dan sumsum tulang. Secara umum, sel darah putih berperan dalam pertahanan tubuh. Sel darah putih akan mematikan organisme atau zat asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, terutama yang masuk melalui jaringan darah.

Eosinofil dan monosit dapat bersifat fagositik terhadap sel asing, seperti sel bakteri dan sel kanker. Dalam melaksanakan fungsinya, monosit dapat membesar menjadi makrofag.

Limfosit juga dapat menonaktifkan mikroorganisme asing yang memasuki tubuh. Berbeda dengan eosinofil dan monosit, limfosit bekerja spesifik dengan mengenali jenis mikroorganisme tertentu yang akan dinonaktifkan. Limfosit terdiri atas limfosit T yang dimatangkan di kelenjar timus, sedangkan limfosit B dimatangkan di sumsum tulang. Penjelasan fungsi sel-sel ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab Sistem Pertahanan Tubuh.

  • Keping Darah

Keping-keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yang disebut megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh. Seperti sel darah merah, keping- keping darah tidak mempunyai inti sel dan masa hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan dalam proses penghentian pendarahan.

Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka tersebut. Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan jaringan yang terluka memicu pengaktifan trombin, sebuah enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.


Molekul fibrin menempel satu sama lain, membentuk jaringan berserat. Jaringan protein fibrin ini, menghentikan aliran darah dan membuat darah menjadi padat, seperti gelatin ketika sudah dingin. Jaringan ini membuat sel darah merah terperangkap dan menambah kepadatan dari darah yang beku. Untuk memahami proses pembekuan darah, perhatikan Gambar 5.5.
Luka dapat memicu pembekuan darah
Keping-keping darah menempel di bagian yang berserat dan mengeluarkan benang-benang yang lengket dan membuatnya merekat satu dengan yang lain. Dalam waktu setengah jam, keping-keping darah mengerut, menarik lubang untuk merapat, dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Aksi tersebut menghasilkan pembekuan yang padat dan kuat sehingga membuat luka merapat. Dengan cara inilah, dimulai penyembuhan luka.

2. Golongan Darah

Golongan darah pada manusia ditentukan oleh protein spesifik yang terdapat di membran sel darah merah. Pada awal abad ke -19, Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Australia bersama dengan Denath, mengelompokkan darah menjadi empat tipe, yaitu A, B, AB, dan O. Hal tersebut bergantung pada ada-tidaknya protein spesifik dalam membran plasma pada sel darah merah yang disebut aglutinogen (antigen).

Antigen merupakan molekul yang menyebabkan pembentukan antibodi (aglutinasi). Jika seseorang memiliki aglutinogen A di sel darah merahnya, dalam plasma darah akan terbentuk aglutinin β atau biasa dikenal dengan anti-B. Orang tersebut memiliki golongan darah A . Sebaliknya, jika terdapat aglutinogen B, orang tersebut bergolongan darah B dan memiliki aglutinin

atau anti–A. Sementara itu, orang yang memiliki aglutinogen A dan B, ia tidak memiliki anti–A maupun anti–B, dan golongan darahnya adalah AB. Bagaimana dengan orang yang bergolongan darah O? Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 5.1.

Tabel 5.1  Golongan Darah dan Kandungan Aglutinogen - Aglutinin
No.
Golongan Darah
Aglutinogen pada
Aglutinin pada Plasma
Eritrosit
Darah
1
O
anti-A dan anti-B
2
A
A
anti-B
3
B
B
anti-B
4
AB
A dan B

Jika golongan darah yang berbeda dicampurkan, darah-darah tersebut biasanya menggumpal. Proses menggumpalnya darah ini disebut aglutinasi. Jika darah dari golongan yang sama dicampurkan, penggumpalan tidak terjadi.

Pada 1940, Dr. Landsteiner menemukan bahwa golongan darah A juga dapat diberikan kepada kera Macaca rhesus. Akan tetapi, 15% dari jumlah sampel mengalami penggumpalan. Dr. Landsteiner menemukan bahwa sampel yang mengalami penggumpalan tersebut tidak memiliki faktor Rh dalam darahnya. Darah yang demikian disebut dengan rh-. Hanya darah yang mengandung faktor Rh (rh+) yang dapat menjadi donor bagi kera Macaca rhesus.

Sistem rhesus ini sangat penting diperhatikan oleh ibu hamil. Jika darah ibu tersebut rh–, sedangkan anaknya rh+, dikhawatirkan ada antigen rh+ anak yang masuk ke dalam darah ibu. Akibatnya, akan dibentuk aglutinin rh di tubuh ibu. Kondisi ini akan membahayakan anak yang dikandungnya. Pada kehamilan pertama, kemungkinan besar anak yang dilahirkan akan selamat karena belum banyak terbentuk anti-rh di tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya, risiko terjadi penggumpalan pada darah bayi semakin besar karena anti-rh yang terbentuk di tubuh si ibu semakin banyak. Keadaan tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis (Gambar 5.6).
(a) Pada kehamilan pertama fetus dapat selamat. (b) Akan tetapi, pada kehamilan kedua, fetus akan mengalami eritroblastosis fetalis
Dari pengetahuan golongan darah ABO dan Rh inilah pemberian dan penerimaan darah antarmanusia dapat dilaksanakan. Pemberian dan penerimaan darah ini disebut transfusi darah. Hal yang perlu diperhatikan dalam transfusi darah adalah menghindari terjadinya penggumpalan darah akibat reaksi antibodi penerima darah (resipien). Berikut tabel transfusi darah antara pemberi darah (donor) dan resipien.
Donor darah

Donor


Resipien









A


B


AB


O



Ket: ✓ = dimungkinkan (darah tidak menggumpal)
- = tidak dimungkinkan (darah menggumpal)
Berdasarkan teori, golongan darah AB dapat menerima semua golongan darah dan disebut resipien universal. Adapun golongan darah O, dapat memberi kepada semua golongan darah dan disebut donor universal. Namun, pada kenyataannya hal tersebut lebih baik dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Transfusi darah sebaiknya dilakukan antara golongan darah yang sama.

B. Organ-Organ Peredaran Darah pada Manusia

Organ -organ peredaran darah pada manusia terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Fungsi utama jantung sebagai pemompa darah, sedangkan pembuluh darah mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bagaimana cara kerja alat-alat peredaran darah tersebut? Pelajari oleh Anda materi berikut ini dengan baik.

1. Jantung

Jantung manusia terdiri atas empat ruang, yaitu serambi (atrium) kanan dan serambi kiri di bagian atas, serta bilik (ventrikel) kanan dan bilik kiri di bagian bawah. Serambi berfungsi sebagai persinggahan sementara sebelum darah masuk ke bilik dan dipompa ke seluruh tubuh atau ke paru -paru. Namun, serambi juga berkontraksi mendorong darah menuju bilik. Perhatikan Gambar 5.8.
Jantung pada manusia dibagi menjadi empat ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri

Antara serambi dan bilik, terdapat katup atrioventrikuler, yang berfungsi mencegah aliran balik dari bilik ke serambi saat bilik berkontraksi. Katup atrioventrikuler kanan memiliki tiga lembar katup, sehingga disebut katup trikuspidal. Sementara itu, katup pada bilik kiri memiliki dua katup sehingga disebut katup bikuspidal. Terdapat juga katup semilunaris yang membatasi aorta dengan bilik dan berfungsi mencegah aliran balik darah ke bilik saat bilik berelaksasi.

Perjalanan darah dari seluruh tubuh akan berakhir di serambi kanan melalui vena besar dari bagian atas tubuh (vena kava superior) dan vena besar bagian bawah tubuh (vena kava inferior). Dari serambi kanan, katup atrioventrikuler membuka dan serambi berkontraksi, bersamaan dengan relaksasinya bilik kanan. Segera setelah darah mengalir ke bilik kanan, katup menutup, dan bilik berkontraksi mengalirkan darah ke arteri menuju paru-paru kanan dan kiri.

Pertukaran gas terjadi di paru- paru. Darah dari seluruh tubuh mengandung banyak CO2 sebagai hasil metabolisme. Darah dari paru-paru yang kaya oksigen kemudian memasuki bilik kiri melalui vena dari paru-paru (vena pulmonalis). Peredaran darah dari jantung – paru-paru – jantung disebut peredaran darah kecil (Gambar 5.9).
Manusia mempunyai sistem peredaran darah ganda, yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar

Katup atrioventrikuler terbuka saat bilik kiri berelaksasi dan darah mengalir ke bilik. Katup atrioventrikuler menutup, kemudian bilik berkontraksi menyebarkan darah ke aorta untuk kembali disebarkan ke seluruh tubuh. Peredaran darah dari jantung – seluruh tubuh – jantung disebut peredaran darah besar. Manusia memiliki peredaran darah kecil dan peredaran darah besar sehingga sistem peredaran darah pada manusia disebut sistem peredaran darah ganda.

Otot jantung memiliki struktur yang khas seperti otot lurik, tetapi bercabang-cabang. Otot jantung disarafi oleh saraf tak sadar. Saraf tersebut menempel ke jantung bagian tengah di antara dua bilik sebagai berkas yang menyebar. Berkas saraf ini disebut berkas Hiss.

Otot jantung memiliki satu siklus kontraksi - relaksasi yang disebut siklus jantung. Periode relaksasi disebut diastol, yaitu ketika serambi jantung menguncup dan bilik jantung mengembang (otot bilik relaksasi). Adapun periode kontraksi disebut sistol, terjadi ketika otot bilik berkontraksi (ruang bilik menguncup) dan darah terdorong keluar.

2. Pembuluh Darah

William Harvey (1578 - 1657) adalah orang pertama yang meneliti tentang pembuluh darah pada manusia. Pembuluh darah pada manusia dibedakan sebagai berikut.

a.  Pembuluh Nadi (Arteri)

Istilah arteri digunakan untuk pembuluh darah yang aliran darahnya mengalir meninggalkan jantung. Secara anatomi, arteri terdiri atas beberapa lapisan, di antaranya jaringan ikat yang kuat dan elastis, jaringan otot polos, dan jaringan endotelium. Arteri tidak terlihat di atas kulit, tetapi dapat dirasakan denyut nadinya. 

Pembuluh nadi dapat dibedakan menjadi aorta. Aorta adalah pembuluh nadi besar yang menyalurkan darah yang baru keluar dari bilik kiri menuju arteri. Arteri bercabang-cabang hingga membentuk saluran pembuluh dengan diameter yang lebih kecil yang disebut arteriol (Gambar 5.10). Arteriol kemudian bercabang-cabang lagi hingga membentuk saluran halus yang berhubungan langsung dengan jaringan, disebut kapiler.

b.  Pembuluh Balik (Vena)

Istilah vena digunakan untuk pembuluh darah yang aliran darahnya mengalir kembali menuju jantung. Saluran ini lebih mudah dilihat mata. Karena vena berada di lapisan atas dekat dengan permukaan kulit dan berwarna kebiruan.

Pembuluh balik dimulai dari pembuluh darah kapiler. Dari kapiler, darah memasuki venula. Pembuluh-pembuluh venula yang kecil akan bergabung menuju pembuluh vena. Pembuluh vena merupakan pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung. Perhatikan Gambar 5.11.
Vena adalah pembuluh darah yang alirannya menuju jantung


c. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan hasil dari gerakan jantung yang memompa darah. Tekanan ini tinggi pada pembuluh arteri ketika ventrikel berkontraksi. Tekanan darah turun di arteri ketika ventrikel relaksasi. Kontraksi pada ventrikel disebut sistol, sedangkan relaksasi ventrikel disebut diastol. Dinding pembuluh arteri mengembang ketika tekanan darah yang tinggi masuk saat sistol. Denyut nadi yang Anda rasakan di pergelangan tangan merupakan peristiwa mengembangnya dinding arteri ini.

Tekanan darah biasanya diukur pada pengkal lengan. Tekanan darah diberikan dengan dua angka yang berbeda, misalnya 110/70 mmHg. Angka yang paling besar merupakan tekanan sistol puncak. Angka yang lebih kecil merupakan tekanan diastol. Semakin jauh darah dari jantung, semakin rendah tekanannya (Campbell, et al, 2006: 476). Perhatikan Gambar 5.12.
Mengukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan dibantu dengan stetoskop

3. Pembuluh Limfa

Selain pembuluh darah, manusia juga memiliki pembuluh limfa. Pembuluh limfa disebut juga pembuluh getah bening. Limfa adalah cairan yang menggenangi jaringan tubuh. Limfa memiliki sistem peredaran sendiri yang dimulai dari jaringan sampai ke vena.

Beberapa fungsi limfa di antaranya mengabsorpsi lemak di usus halus dan mengangkutnya ke darah, serta mengambil kelebihan cairan jaringan dan mengembalikannya ke sistem peredaran darah. Selain itu, fungsi yang tidak kalah penting adalah membantu mempertahankan tubuh dari penyakit.

Limfa dialirkan dengan mengandalkan kontraksi otot-otot rangka. Dalam tubuh terdapat beberapa nodus limfa. Nodus tersebut terdiri atas sinus-sinus, yaitu ruangan tempat menyaring bahan-bahan yang sudah diabsorpsi atau dihilangkan dari jaringan oleh sel darah putih (makrofag). Perhatikan Gambar 5.13.
Pembuluh limfa mengambil dan mengembalikan cairan berlebih yang keluar dari aliran kapiler darah. Organ limfatik terdiri atas nodus limfa, timus, empedu, dan tonsil

C. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah Manusia dan Pengembangan Teknologi Jantung

Terdapat beberapa penyakit atau kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah manusia. Untuk itu, dikembangkanlah teknologi yang berhubungan dengan sistem peredaran darah manusia, di antaranya EKG (Elektrokardiograf), alat pacu jantung (defibrilator), dan kateter balon.

1. Gangguan Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah manusia dapat mengalami gangguan. Gangguan dapat terjadi pada organ sistem peredaran darah maupun karena faktor lainnya.

a.  Sklerosis

Arteri mempunyai sifat elastis. Oleh karena itu, ketika tekanan darah dalam keadaan maksimum, arteri mengembang untuk mengimbangi tekanan darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, dinding arteri kehilangan elastisitasnya akibat penimbunan zat kapur. Keadaan inilah yang disebut arteriosklerosis.

Hilangnya elastisitas arteri, memengaruhi jumlah darah yang melewati arteri dan akhirnya akan berpengaruh juga terhadap jumlah oksigen yang tersebar ke seluruh tubuh. Orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi dalam darahnya, di permukaan atau dinding dalam arterinya dapat terakumulasi deposit lemak. Hal tersebut dapat memengaruhi volume darah yang mengalir dan jumlah oksigen yang disebarkan. Jenis sklerosis ini disebut atherosklerosis (Gambar 5.14).
Atherosklerosis. (a) arteri normal dan (b) arteri yang menyempit akibat tumpukan lemak (atherosklerosis)

Atherosklerosis dan arteriosklerosis merupakan penyebab beberapa hal sebagai berikut.

  1. Kekurangan oksigen pada organ-organ tertentu. Jika kekurangan oksigen terjadi di jantung, sebagian otot jantung akan mati dan memengaruhi kinerja jantung.
  2. Meningkatkan tekanan darah secara keseluruhan. Jika mencapai tingkatan tertentu, tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya kapiler darah. Jika kapiler darah yang pecah tersebut terjadi di otak, sebagian otak akan mengalami gangguan akibat pasokan udara dan glukosa yang terhambat. Hal tersebutlah yang dikenal sebagai stroke.
  3. Penumpukan lemak di arteri koroner dapat menghambat sel-sel darah. Penumpukan sel-sel darah ini dapat memicu reaksi pembekuan darah, seperti yang terjadi pada luka. Pembekuan darah di arteri koroner biasa disebut penyakit jantung koroner.

b.  Anemia

Penyakit ini disebut juga penyakit kurang darah. Hal tersebut dikarenakan kekurangan hemoglobin, kekurangan sel darah merah, atau kekurangan zat besi (Fe).

c.  Hipertensi

Hipertensi dikenal juga sebagai penyakit darah tinggi. Hal ini terjadi jika tekanan sistolnya antara 140–200 mmHg dan distolnya antara 50–110 mmHg. Terdapat penyakit lain yang merupakan kebalikan dari hipertensi, yaitu hipotensi. Hipotensi terjadi jika tekanan darah rendah, yaitu tekanan sistol di bawah 100 mmHg.

d.  Varises

Varises berupa pelebaran pembuluh vena yang umumnya terjadi di daerah betis. Jika pelebaran tersebut terjadi di bagian anus, disebut ambeien, wasir, atau hemoroid.

2. Pengembangan Teknologi Jantung

Penyakit jantung dan stroke adalah penyakit pembunuh nomor dua di Indonesia. Jantung dapat mengalami kelainan sehingga tidak mampu memompa darah dengan optimal dan kebutuhan metabolisme jaringan tidak dapat terpenuhi dengan baik. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan jantung ini di antaranya adalah arteri koroner, hipertensi, dan arterosklerosis.
Jantung merupakan organ yang sangat vital. Gangguan pada jantung dapat mengakibatkan seluruh tubuh terganggu. Oleh karena itu, teknologi untuk mengatasi permasalahan jantung berkembang dengan pesat. Teknologi yang berhubungan dengan jantung antara lain alat EKG (elektrokardiograf), alat pacu jantung (defibrilator), dan kateter balon (balloon cathether).

Elektrokardiograf (EKG) adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi kondisi jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak jantung. Hasil pengukuran dengan menggunakan elektrokardiograf adalah elektrokardiogram. Elektrokardiogram pada jantung normal yang sehat dihasilkan grafik berulang yang teratur (Gambar 5.15).
(a) Pasien di atas lintasan EKG (alat uji latih jantung). (b) Elektrokardiogram pada jantung
Pada kondisi tertentu, jantung dapat berdetak dengan lambat atau berhenti sama sekali. Alat pacu jantung adalah alat yang digunakan untuk merangsang jantung berkontraksi kembali. Alat pacu jantung mengirimkan pulsa-pulsa listrik melalui otot-otot jantung sehingga jantung dapat berfungsi kembali (Gambar 5.16a).

Kateter balon dapat digunakan untuk memecah endapan lemak pada pembuluh sehingga darah dapat mengalir kembali. Kateter adalah sebuah pipa panjang, ramping, dan fleksibel terbuat dari bahan lentur dan dapat dilihat dengan sinar-x. Kateter dapat dilihat melalui layar monitor dan dikemudikan di sepanjang pembuluh darah atau di antara organ-organ tubuh (Gambar 5.16b).
(a) Alat pacu jantung yang dapat merangsang jantung untuk berkontraksi kembali. (b) Kateter yang dimasukkan melalui sebuah pembuluh darah halus di lengan dan diarahkan ke jantung untuk mengukur tekanan darah di jantung

D. Sistem Peredaran Darah pada Hewan

Pada hewan satu sel, zat makanan dan oksigen masuk secara difusi sederhana. Sampah buangan yang dihasilkannya pun dibuang secara difusi sederhana pula, sehingga hewan satu sel tidak memiliki suatu sistem sirkulasi yang kompleks. Hal tersebut berbeda pada hewan multiseluler. Berikut sistem peredaran darah pada beberapa hewan tertentu.

1. Serangga (Insecta)

Sistem peredaran darah pada serangga adalah sistem peredaran darah yang terbuka. Artinya, darah yang mengalir di dalam tubuh tidak selalu melalui sistem pembuluh. Sistem peredaran darah terbuka ini, biasanya terdapat pada hewan-hewan Arthropoda dan Mollusca.

Pada serangga, darah berada dalam rongga tubuh. Oleh karena itu, organ-organ tubuh dalam rongga tubuh terendam dan langsung berhubungan dengan darah. Dalam plasma darah serangga terkandung hemosianin. Hemosianin berperan seperti hemoglobin dalam darah manusia, yaitu mengikat oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh.

Jantung pada Arthropoda, belum berbentuk jantung seperti pada hewan lain. Jantung hanya berupa tabung yang memiliki dinding otot yang tebal sehingga mampu berkontraksi. Jantung seperti ini disebut jantung pembuluh (Gambar 5.17). Pada serangga, jantung pembuluh yang berada di bagian belakang tubuh, sejajar dengan punggung. Jantung tersebut berhubungan langsung dengan aorta yang berada di tubuh bagian depan.
Belalang mempunyai sistem peredaran darah terbuka dengan jantung berupa jantung pembuluh
Ketika jantung pembuluh berdenyut, darah terpompa ke aorta di tubuh bagian depan, lalu memasuki rongga tubuh. Antara aorta dan jantung pembuluh sudah dibatasi oleh klep yang berfungsi mencegah aliran balik ketika jantung berelaksasi.

Jantung pembuluh memiliki pori halus. Melalui pori halus tersebut, darah dari rongga tubuh memasuki jantung untuk dipompa kembali ke seluruh tubuh.

2. Cacing (Annelida)

Cacing memiliki sistem peredaran darah tertutup dengan kapiler-kapiler dalam tubuhnya yang tersebut di seluruh tubuh. Darah cacing sudah memiliki hemoglobin yang terlarut dalam protoplasma sel darah merahnya.

Jantung cacing merupakan bagian dari aorta yang berdinding otot tebal sehingga dapat berkontraksi. Jantung cacing disebut juga jantung pembuluh atau lengkung aorta karena bentuknya yang melengkung (Gambar 5.18).
Sistem peredaran darah cacing adalah sistem peredaran darah tertutup dan sederhana yang dipacu oleh kontraksi pembuluh darah dorsal dan lima pasang jantung
Jantung memompakan darah dari bagian dorsal (punggung) ke pembuluh darah ventral (perut), lalu ke seluruh tubuh. Pertukaran udara terjadi di kapiler-kapiler yang tersebar di permukaan kulit di seluruh tubuh. Dinding kulit cacing lembap dan tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran udara.

Setelah melalui seluruh tubuh, darah akan kembali ke bagian dorsal tubuh, menuju jantung untuk kemudian dipompakan lagi ke seluruh tubuh.

3. Ikan (Pisces)

Ikan dan semua hewan vertebrata lainnya memiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung ikan lebih berkembang dibandingkan Arthropoda dan cacing. Pada ikan, jantung sudah mulai terbagi dengan jelas menjadi dua ruang, yaitu serambi dan bilik. Selain itu, sudah terdapat katup yang membatasi kedua ruang tersebut.

Selain kedua ruang tersebut, terdapat juga struktur lain yang juga menyerupai ruang di bagian posterior (belakang) dari serambi. Struktur ini disebut sinus venosus. Sinus venosus menampung darah dari vena sebelum memasuki serambi.

Darah ikan akan meninggalkan jantung ketika serambi jantung berkontraksi dan membawa darah yang kaya CO2 menuju insang, melewati konus arteriosus, yaitu arteri utama yang meninggalkan jantung. Dari konus arteriosus kemudian ke aorta ventralis, kemudian ke arteri afferen brakialis yang melewati sistem insang. Di dalam insang, terjadi pertukaran udara dan darah diteruskan beredar ke seluruh tubuh (Gambar 5.19).
Sistem peredaran darah pada ikan

Darah kembali ke jantung melalui sistem pembuluh balik, yaitu vena cardinalis posterior (pembuluh balik tubuh bagian belakang) dan vena cardinalis anterior (pembuluh balik tubuh bagian depan). Selain itu, melalui vena porta hepatikus (pembuluh balik yang berasal dari hati) dan vena porta renalis (pembuluh balik yang berasal dari ginjal).

4. Amphibia dan Reptilia

Katak memiliki jantung dengan tiga ruang yang terdiri atas satu bilik dan dua serambi. Di antara bilik dan serambi terdapat klep untuk mencegah darah kembali ke serambi ketika bilik berkontraksi. Serambi kanan berhubungan dengan sinus venosus yang menampung darah dari seluruh tubuh sebelum memasuki serambi kanan.

Darah katak terdiri atas plasma darah yang jernih dan sel-sel darah. Plasma terdiri atas air, garam-garam mineral, dan protein darah. Sel-sel darah merah pada katak berbentuk pipih bulat-panjang, dengan hemoglobin yang terkandung dalam protoplasmanya. Sel- sel darah merah katak juga memiliki inti sel. Darah putih pada katak tidak berwarna dan memiliki inti.

Darah dari seluruh tubuh yang kaya CO2 akan memasuki sinus venosus, kemudian masuk ke serambi kanan. Pada saat yang hampir bersamaan, darah dari paru-paru dan permukaan kulit memasuki serambi kiri. Darah ini kaya
dengan O2.

Selain menggunakan paru-paru sebagai organ pernapasan, katak juga mampu menggunakan kulitnya yang lembap sebagai tempat pertukaran udara. Di bawah kulit ini, terdapat arteri tempat pertukaran CO2 dan O2. Darah yang kaya O2 dari kulit dan paru-paru akan kembali ke serambi kiri jantung melalui vena pulmo (paru-paru) dan kutaneus (kulit).

Oleh karena serambi kanan dan kiri berkontraksi pada waktu yang hampir bersamaan, darah yang kaya dengan CO2 dari serambi kanan akan sedikit bercampur dengan darah kaya O2 dari serambi kiri (Gambar 5.20a). Darah dari bilik memasuki pembuluh nadi utama (trunkus arteriosus). Dari trunkus arteriosus, sebagian darah akan masuk arteri menuju paru-paru dan kulit (arteri pulmo-kutaneus). Adapun sebagian lagi akan masuk ke arteri yang membawa darah ke seluruh tubuh.

Dari seluruh tubuh, darah akan masuk ke dua sistem porta, yaitu sistem porta di hati (vena porta hepatikus) dan sistem porta di ginjal (vena porta renalis). Kemudian, bersatu di pembuluh balik besar (vena cava).
Adapun pada Reptilia, bilik jantung Reptilia sudah mulai dipisahkan oleh sekat, meskipun tidak sempurna. Keberadaan sekat ini sudah dapat memisahkan darah yang kaya CO2 dengan darah yang kaya O2.

Pada buaya, sekat tersebut menjadi hampir sempurna dengan foramen panizzae, sebuah struktur buluh yang menghubungkan antara bilik kanan dan bilik kiri. Foramen panizzae berperan terutama dalam menjaga tekanan cairan ketika buaya sedang menyelam.

Dari bilik kiri, darah dialirkan ke dua sistem aorta yang membelok (arkus aortikus) ke kiri dan ke kanan. Kedua arkus aortikus ini akan bertemu membentuk aorta dorsalis (aorta yang berada di bagian punggung), yang menyuplai darah ke tubuh bagian belakang.

Dari seluruh tubuh, darah akan kembali ke jantung melalui vena cava, masuk ke sinus venosus. Dari sinus venosus, darah masuk ke serambi kanan, lalu ke bilik kanan. Dari bilik kanan darah dipompa ke paru-paru. Dari paru-paru, lalu kembali ke jantung dan memasuki serambi kiri, baru kemudian ke bilik kiri untuk kemudian dipompakan lagi ke seluruh tubuh (Gambar 5.20b).
(a) Sistem peredaran darah pada Amphibia. (b) Sistem peredaran darah pada Reptilia

5. Burung (Aves)

Jantung burung dan mamalia memiliki empat ruang yang sudah terpisah sempurna. Dengan demikian, telah terjadi pemisahan yang sempurna antara darah kaya CO2 dan darah yang kaya O2.

Darah burung berbentuk oval dengan inti sel, dan hemoglobin yang terkandung dalam protoplasma sel darahnya. Dari bilik kiri, darah akan mengalir lewat arteri yang bercabang tiga. Dua arteri bercabang- cabang lagi untuk menyuplai darah ke kepala dan organ-organ di tubuh bagian depan, serta otot-otot terbang. Satu arteri menyuplai darah ke anggota badan bagian belakang.

Sementara itu, pembuluh balik (vena) pada burung dapat dibedakan atas vena cava superior (yang membawa darah dari tubuh bagian atas) dan vena cava inferior (yang membawa darah dari tubuh bagian bawah). Dari sistem vena tersebut, darah masuk ke serambi kanan dan bilik kanan. Dari bilik kanan, darah dipompakan ke paru-paru lewat arteri pulmonalis, dan kembali ke bilik kiri melalui vena pulmonalis.
Sistem peredaran darah pada burung

Aves, Mammalia, Reptilia, dan Amphibia memiliki sistem peredaran darah ganda karena dalam perjalanannya, darah dua kali melewati jantung. Pada cacing dan serangga, darah hanya satu kali melewati jantung, disebut sistem peredaran darah tunggal.

Itulah postingan yang admin bagikan tentang Sistem Peredaran Darah. Semoga bermanfaat dan pengetahuan serta wawasan anda mengenai Sistem Peredaran Darah, semakin bertambah dan semakin luas.

0 Response to "Sistem Peredaran Darah"

Posting Komentar

-->