-->

Fenomena Antroposfer Dan Aspek Kependudukan

Fenomena Antroposfer Dan Aspek KependudukanAntroposfer berasal dari kata latin antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Jadi, antroposer artinya lingkungan bagian dari bumi yang dihuni manusia. Pembahasan hubungannya dengan antroposfer sangat luas misalnya tentang kependudukan, pemukiman, dan lingkungan hidup.

Pengertian penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang ber-domisili kurang dari 6 bulan, tetapi bertujuan untuk menetap.

Jumlah penduduk suatu negara diketahui dengan berbagai cara, yaitu dengan sensus penduduk, registrasi, dan survei. Sensus secara singkat dapat diartikan perhitungan resmi dari penduduk suatu negara, bersama-sama dengan pengumpulan statistiknya dan yang menangani adalah Biro Pusat Statistik di Jakarta, sedangkan yang menyangkut masalah kependudukan ditangani oleh Lembaga Demografi.

A. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

1. Macam Sensus Penduduk

Menurut pelaksanaannya ada 2 macam sensus, yaitu sensus de jure dan sensus de facto.
  1. Sensus de jure, yaitu pencacahan yang hanya dikenakan kepada setiap orang, yang benar-benar berdiam atau bertempat tinggal di daerah negara yang bersangkutan.
  2. Sensus de facto, yaitu pencacahan yang dikenakan kepada setiap orang, yang pada waktu diadakan sensus berada di dalam negara yang ber-sangkutan.
Manfaat diadakannya sensus penduduk menurut Wardiyatmoko dan Bintarto sebagai berikut.
  • Mengetahui jumlah penduduk seluruhnya.
  • Mengetahui golongan penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan banyaknya kesempatan kerja.
  • Mengetahui keadaan pertumbuhan penduduk.
  • Mengetahui susunan penduduk menurut mata pencaharian agar dik-etahui struktur perekonomiannya.
  • Mengetahui persebaran penduduk, daerah yang terlalu padat, dan dae-rah yang masih jarang penduduknya.
  • Mengetahui keadaan penduduk suatu kota dan mengetahui akibat perpindahan.
  • Merencanakan pembangunan bidang kependudukan.
Di Indonesia, sensus telah diadakan pada tahun 1930, 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000. Pada tahun 1940 dan 1950 karena pada waktu itu dalam keadaan Perang Dunia II dan Perang Kemerdekaan, sensus tidak dapat diselenggarakan. Carilah informasi lembaga apakah yang menyelenggarakan sensus penduduk nasional tahun 2000!

Baca juga
Sumber Daya Alam
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, yaitu sebagai berikut.
Angka perkiraan berdasarkan perhitungan sampling

Adapun berdasarkan urutannya di dunia, jumlah penduduk Indonesia menempati urutan keempat terbesar. Untuk lebih jelasnya, amatilah tabel berikut.

Dari data di atas terlihat bahwa penduduk Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia. Tiga negara pada tabel di atas adalah negara di Benua Asia. Indonesia berada pada posisi ketiga di Asia jumlah penduduknya, sedangkan di Asia Tenggara, jumlah penduduk Indonesia terbesar pertama.

2.  Susunan Penduduk

Penduduk pada suatu wilayah/negara dapat digolongkan atau disusun menurut umur jenis kelamin, mata pencaharian, pendapatan, kebangsaan, agama, pendidikan, tempat tinggal (provinsi atau pulau), dan sebagainya. Susunan penduduk disebut juga komposisi penduduk. Susunan penduduk ini penting sekali diketahui karena berbagai susunan ini beserta perubahan-perubahannya dari satu tahun ke tahun, dapat ditarik kesimpulan yang dapat menjadi dasar daripada berbagai kebijakan dan program-program pemerintah, misalnya menyusun susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Menunjukkan kemungkinan pertambahan penduduk, jumlah tenaga kerja yang tersedia, jumlah laki-laki, dan perempuan serta golongan umur yang berbeda dapat digambarkan seperti tabel di bawah ini!

a. Piramida Penduduk/Piramida Umur

Piramida penduduk/piramida umur adalah grafik susunan penduduk menurut umur pada saat tertentu yang berbentuk piramid. Berikut adalah contoh populasi penduduk tahun 2004.

Cara menyusun piramida penduduk sebagai berikut.
  1. Penduduk dibagi menurut jenis kelamin (dari hasil sensus), golongan pria (laki-laki) ada di sebelah kiri garis umur, golongan wanita (perempuan) ada di sebelah kanan.
  2. Tiap-tiap golongan (L dan P) dibagi menurut umur, misalnya dengan periode 5 tahunan (dalam contoh tersebut periode 4 tahunan), diwujudkan pada garis tegak lurus.
Dari data penduduk di atas bila disusun dalam bentuk piramida penduduk adalah sebagai berikut.
Piramida penduduk Indonesia 2004

b. Macam-macam Piramida Penduduk

1. Piramida Penduduk Muda (A)

Grafik ini menggambarkan penduduk yang tumbuh. Jadi, jumlah pertambahannya masih terus meningkat, jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian.

2. Piramida Penduduk Stasioner (B)

Grafik ini menunjukkan penduduk yang tidak berubah-ubah, jumlah kelahiran dan kematian dalam keadaan seimbang.

3. Piramida Penduduk Tua (C)

Bentuk ini menggambarkan penurunan angka kelahiran lebih pesat daripada angka kematian. Bila hal ini terjadi terus-menerus, akan menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk daerah/ negara yang bersangkutan.
Bentuk piramida penduduk

c. Piramida Penduduk dan Angka Ketergantungan

Piramida penduduk dapat kita lihat bahwa bagian bawah merupa-kan kelompok umur muda. Kelompok ini merupakan kelompok yang belum ekonomis produktif, artinya masih menjadi tanggungan kelompok umur dewasa yang ekonomis produktif. Bagian atas dari piramida merupakan kelompok umur tua, yang sudah tidak ekonomis produktif. Kelompok ini juga menjadi tanggungan kelompok umur dewasa yang ekonomis produktif.

Rasio ketergantungan (depedency ratio) atau angka beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia nonproduktif. Untuk mengetahui berapa besar angka ketergantungan, secara umum digunakan rumus sebagai berikut. 
DR = penduduk umur (0-14 th) + penduduk umur 65 th  x 100
Penduduk umur (15-64) 
Contoh:

Data penduduk negara X tahun 2006 sebagai berikut.

Kelompok umur muda (0 - 14 tahun)
= 51.454.000
Kelompok umur dewasa/produktif (15 - 64 tahun)
= 63.180.000
Kelompok umur tua (65 tahun ke atas)
= 3.576.000

Dari data tersebut dapat dihitung rasio ketergantungannya sebagai berikut.

DR = 52.454.000+3.576.000  x 100
63.180.000
                                                            = 88, 7

Setiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 88,7 orang dari kelompok yang tidak produktif.

Makin besar rasio ketergantungan berarti makin besar beban tanggungan bagi kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan tiga golongan, yaitu angka ketergantungan rendah bila kurang dari 30, angka ketergantungan sedang bila 30 - 40, dan angka ketergantungan tinggi bila lebih dari 41.

Contoh :

Data penduduk negara Y tahun 2006, jumlah anak nonproduktif 50%, jumlah nonproduktif tua 10 %, dan jumlah usia produktif 40%. 

Angka ketergantungan = 50 + 10 x 100 = 150
40
Ini berarti setiap 100 orang penduduk yang produktif, harus menanggung beban 150 orang penduduk nonproduktif.

Jadi, semakin besar pembilang (orang-orang yang tidak menghasilkan) makin besarlah angka ketergantungan ini. Makin besar angka ketergantungan, makin besar pula beban tanggungan suatu negara.

Di bawah ini, tabel keadaan angka ketergantungan dari beberapa negara.

B. MENGHITUNG PERTUMBUHAN PENDUDUK SUATU WILAYAH

1. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk disebut juga dinamika penduduk. Ada 3 klasifikasi pertumbuhan penduduk, yaitu sebagai berikut.
  1. Pertumbuhan penduduk termasuk cepat, bila pertumbuhan 2% lebih dari jumlah penduduk tiap tahun.
  2. Pertumbuhan penduduk termasuk sedang, bila pertumbuhan itu antara 1% - 2%.
  3. Pertumbuhan penduduk termasuk lambat, bila pertumbuhan itu antara 1% atau kurang.
Pertumbuhan penduduk, yaitu angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu dinyatakan dengan persen. Keadaan penduduk tumbuh, bila angka kelahiran lebih besar dari angka kematian. Atau jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor kelahiran, kematian, dan migrasi yang terdiri atas emigrasi dan imigrasi. Ada 2 pengertian pertumbuhan penduduk.

a. Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Increase)

Pertumbuhan penduduk alami, yaitu terjadi dari selisih kelahiran dan kematian.



Rumus :

P = l - m
b. Pertumbuhan Penduduk Migrasi Atau Pertumbuhan Penduduk Total

Pertumbuhan penduduk migrasi atau pertambahan penduduk total ialah pertumbuhan penduduk alami ditambah dengan selisih imigrasi dengan emigrasi.

Rumus :
P = (l₁ - m) + (l₂ - e)
Keterangan :

P = jumlah pertumbuhan penduduk

l₁ = jumlah kelahiran (fertilitas)

m = jumlah kematian (mortalitas)

e = jumlah emigran (orang yang pergi)

l₂= jumlah imigran (orang yang datang)

2. Kelahiran Atau Fertilitas/Natalitas

Kelahiran ialah kemampuan seseorang wanita untuk melahirkan yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan. Ada beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas) dan yang menghambat (antinatalitas).

a. Faktor-faktor Pronatalitas

Faktor-faktor pronatalitas antara lain sebagai berikut.
  1. Kawin dalam usia muda atau di bawah umur, artinya kalau seorang wanita sudah kawin dalam usia muda, kesempatan reproduksi (melahirkan) lebih lama. Jadi, kesempatan mempunyai anak lebih banyak.
  2. Rendahnya tingkat kesehatan. Banyaknya bayi yang meninggal menyebabkan orang tua ada kecenderungan mempunyai banyak anak. Jadi, bila ada yang meninggal masih ada cadangannya.
  3. Suatu anggapan: ”banyak anak banyak rezeki”. Ini sebenarnya suatu mitos, yakni anggapan yang keliru.
  4. Jaminan untuk hari tua ada yang merawat.
  5. Masa-masa damai.
b. Faktor-faktor Antinatalitas

Faktor-faktor antinatalitas antara lain sebagai berikut.
  1. Adanya ketentuan batas umur menikah. Di Indonesia, untuk wanita ditetapkan minimal umur 16 tahun, sedangkan untuk laki-laki batas minimal 19 tahun.
  2. Adanya program pemerintah yang membatasi kelahiran. Di Indonesia, dengan program KB yang mulai dicanangkan pada tahun 1970, dengan semboyan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
  3. (NKKBS), 2 anak cukup.
  4. Adanya anggapan sebagian orang tua ‘orang tua modern’ bahwa anak mau tidak mau menjadi beban orang tua, lebih-lebih banyak anak.
  5. Adanya pembatasan tunjangan anak, terutama bagi pegawai negeri.
  6. Masa-masa perang.

3.  Angka Kelahiran dan Angka Kematian

a. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)

1. Angka Kelahiran Kasar

Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah bayi yang lahir setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun. Untuk mencari angka kelahiran kasar digunakan rumus sebagai berikut.
CBR = L x 1000
P
Di mana :

CBR = angka kelahiran kasar

L = jumlah kelahiran selama satu tahun 
P = jumlah penduduk pertengahan tahun

Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi tiga, yaitu :
  1. Golongan tinggi, apabila jumlah kelahiran lebih dari 30.
  2. Golongan sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20 - 30.
  3. Golongan rendah, apabila jumlah kelahiran kurang dari 20.
Menurut Wardiyatmoko angka kelahiran kasar (CBR) dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar 29. Dibandingkan dengan CBR Asia 25, Thailand 28, Malaysia 27, dan Singapura 25 maka CBR Indonesia masih relatif tinggi.

Contoh :

Pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan X sebanyak 20.000 jiwa dan jumlah bayi yang lahir tercatat 900 anak. Berapa angka kelahiran kasarnya?

Jawab :
L x 1000 = 29 x 1.000 = 45
                                                            P               20.000

Angka kelahiran kasar adalah 45, artinya pada setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun terjadi kelahiran sebanyak 45 bayi.

2. Angka Kelahiran Umum

Angka kelahiran umum atau General Fertility Rate (GFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun.

Angka kelahiran umum dapat diketahui dengan rumus.
GFR = L x 1000
             W 15-49)
Di mana :

L = banyaknya kelahiran selama satu tahun

W(15 - 49) = banyaknya penduduk wanita yang berumur 15 - 49 tahun

Contoh :

Di kecamatan X banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun 2006 ada 9.000 orang, sedangkan jumlah bayi yang lahir 900 anak. Berapakah angka kelahiran umumnya?

Jawab :


GFR = L x 1000 = 90 x 1.000 = 100
                                                                W (15-49)     9.000

Angka kelahiran umum 100, artinya setiap 1.000 wanita berumur 15 - 49 tahun dalam satu tahun terdapat jumlah kelahiran 100 bayi.

3. Angka Keahiran Khusus

Angka kelahiran khusus atau Age Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya bayi lahir setiap 1.000 orang wanita pada usia tertentu dalam waktu satu tahun. Untuk mengetahui ASBR digunakan rumus sebagai berikut.

ASBR = LI x 1000
PI

Di mana :

ASBR = angka kelahiran dari wanita pada umur tertentu

Lx = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu

Px = jumlah wanita pada kelompok umur tertentu

Contoh :

Di kabupaten A terdapat wanita usia 20 - 24 sebanyak 300.000 jiwa. Banyaknya bayi yang lahir pada tahun tersebut sebanyak 3.000 anak. Berapa angka kelahiran khususnya?

Jawab :
ASBR ₂₀-₂₄ = B₂₀-₂₄ x 1.000 = 3.000 x 1.000 = 10
                                                                P₂₀-₂₄                 300.000
Hal itu berarti setiap 1.000 orang wanita usia 20 - 24 tahun terdapat 10 bayi yang lahir dalam setahun.

b. Kematian (Mortalitas)

1. Angka Kematian Kasar

Angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 pendduk dalam setahun.

Angka kematian kasar terdiri atas tiga golongan, yaitu:
  1. Golongan rendah, apabila jumlah mortalitasnya kurang dari 13.
  2. Golongan sedang, apabila jumlah mortalitasnya antara 14 - 18.
  3. Golongan tinggi, apabila jumlah mortalitasnya lebih dari 18.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui angka kematian kasar adalah:

CDR = M x 1.000
P
Di mana :

M = jumlah kematian

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Menurut Wardiyatmoko angka kematian kasar (CDR) Indonesia dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar 43. Dibandingkan dengan CDR Asia 42, Thailand 40, Malaysia 24, dan Singapura 9 maka CDR Indonesia masih relatif tinggi.

Contoh :

Pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan X sebanyak 10.000 jiwa dan jumlah penduduk yang meninggal 800 anak. Berapakah angka kematian kasarnya?

Jawab :
CDR = M x 1.000 = 80 x 1.000 = 8
                                                                  P                  10.000
Angka kematian kasarnya 8, artinya setiap 1.000 orang dalam 1 tahun, jumlah penduduk yang meninggal ada 8 orang.

2. Angka Kematian Khusus

Angka kematian khusus menurut umur atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang yang meninggal tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. Biasanya angka ini sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda angka ini jauh lebih rendah.
ASD = DI x 1.000
PI
Di mana:

ASBR = angka kematian pada umur tertentu

Lx = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun

Px = jumlah penduduk umur tertentu

Angka kematian kasar digolongkan rendah jika kurang dari 13, sedang jika berkisar 14 - 18, dan tinggi jika lebih dari 18.

Contoh :

Jumlah penduduk provinsi A yang berumur 65 - 69 tahun adalah 100.000 jiwa. Dalam waktu satu tahun yang meninggal dunia seban-yak 20.000 jwa. Hitunglah angka kematian khusus menurut kelom-pok umur di provinsi tersebut!

Jawab :

ASDR ₆₅-₆₉ = B₆₅-₆₉ x 1.000 = 20.000 x 1.000 = 200
                                                               P₆₅-₆₉                 100.000

Artinya setiap 1.000 penduduk yang berumur 65 - 69 tahun, yang meninggal sebanyak 200 orang dalam setahun.

4. Usia Rata-rata Harapan Hidup, dan Sex Ratio


Pada tahun 1995 - tahun 2000 rata-rata harapan hidup bagi orang Indonesia adalah 58,5 tahun untuk laki-laki dan 62 tahun untuk perempuan, sedangkan rata-rata kematian bayi 75.

Kematian bayi dan harapan hidup di beberapa negara dapat dilihat pada tabel berikut.
Kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun dalam 1000 kelahiran

Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk wanita dapat digunakan untuk memperkirakan atau memprediksi keadaan jumlah penduduk di masa datang. Kemungkinan terjadinya ledakan penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk wanita lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Untuk mengetahui sex ratio suatu wilayah digunakan rumus sebagai berikut.
SR = Jumlah penduduk laki-laki   x 100
Jumlah penduduk perempuan

5.  Pertumbuhan Penduduk Indonesia

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian disebut faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor nonalami. Kelahiran bersifat  menambah,  sedangkan  kematian  bersifat  me ngurangi  jumlah penduduk. Migrasi yang bersifat menambah disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang bersifat mengurangi disebut migrasi keluar (emigrasi).

Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Untuk menurunkan tingkat pertumbuhan yang tinggi ini, pemerintah Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana. Dengan program Keluarga Berencana ini pada tahun 2000 pertumbuhan penduduk telah menurun menjadi ± 1,6 persen.

Struktur penduduk Indonesia memberat pada penduduk usia muda, hal ini sebagai akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran. Persentase penduduk 0 - 14 tahun pada tahun 1980 mencapai 40,3 persen dan pada tahun 1985 sedikit turun menjadi 39,2 persen. Penduduk usia muda ini pada tahun 2000 diperkirakan turun lagi menjadi 37,7 persen dan 34,2 persen. Untuk sekadar perbandingan, perhatikan tabel berikut!
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Menurut Provinsi atau Pulau Tahun 1990 - 2000
Akibat ledakan penduduk menimbulkan berbagai masalah antara lain sebagai berikut.
  1. Jumlah penduduk sangat banyak, yaitu nomor empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
  2. Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan tingginya angka pengangguran.
  3. Persebaran penduduk tidak merata. Penduduk Indonesia tahun 2004 sejumlah 206.246.595 jiwa, 64% di antaranya tinggal di Pulau Jawa.
  4. Komposisi penduduk kurang menguntungkan karena banyaknya penduduk usia muda yang belum produktif sehingga beban ketergantungan tinggi.
  5. Arus urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak menyediakan lapangan kerja.
  6. Menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk. Demikian pula permasalahan lingkungan hidup sangat luas, misalnya merosotnya kuantitas dan kualitas sumber alam, tercemarnya lingkungan fisik, dan timbulnya dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan sosial.
Menurut Kuswanto dan Bintarto beberapa usaha untuk mengatasi permasalahan akibat ledakan penduduk antara lain sebagai berikut.
  1. Perencanaan, pengaturan, dan pembatasan kelahiran (dengan KB) untuk menekan jumlah penduduk.
  2. Menyelenggarakan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang baik melalui sekolah, kursus-kursus, dan perkumpulan lainnya untuk menampung tenaga kerja.
  3. Meratakan persebaran penduduk dengan mengadakan transmigrasi dan melaksanakan pembangunan desa untuk membendung arus urbanisasi dan terkonsentrasinya penduduk di suatu daerah.
  4. Memperluas kesempatan kerja, meningkatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan perumahan.
  5. Perluasan industrialisasi, baik ringan maupun berat.
  6. Perencanaan penggunaan tanah untuk pertanian, pembangunan, dan permukiman dengan tetap memperhatikan kelestariannya supaya tidak merugikan kehidupan manusia di sekitarnya.
  7. Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian agar produksi pangan dan produksi hasil pertanian lainnya meningkat.
  8. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersahabat dengan lingkungan untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia.

6.  Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk atau densitas penduduk ialah perbandingan rata-rata antara jumlah penduduk di suatu daerah dengan luasnya daerah tersebut dihitung setiap km2, sedangkan kepadatan penduduk agraris, yang dihitung hanya penduduk petaninya saja dan tanah yang dihitung hanya tanah yang produktif. Jadi, lahan tidur, lapangan udara, dan sungai tidak dihitung.

Contoh : Kepadatan penduduk di suatu daerah jumlah penduduknya 20.000 jiwa, luas daerah 50 km2 maka kepadatan penduduk daerah itu

= 20.000  = 400 / km²
       50

Kepadatan penduduk agraris, misalnya dari jumlah penduduk tersebut di atas jumlah petaninya hanya 5.000 orang, sedangkan tanah pertanian yang produktif hanya 20 km2 maka kepadatan penduduk agraris di daerah itu

5000 = 250 / km²
     20

Beberapa pengertian tentang kepadatan penduduk sebagai berikut.
  1. Kepadatan penduduk absolut atau mutlak, ialah keadaan negara/daerah yang sebagian besar penduduknya masih sulit mencukupi kebutuhan pokoknya, biasanya melanda negara yang sedang berkembang dan negara miskin.
  2. Kekurangan penduduk, terjadi bila suatu negara jumlah penduduk sede-mikian kecilnya sehingga sulit untuk mengolah kekayaan alam guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Jadi, baik kepadatan penduduk dan kekurangan penduduk sama-sama kurang menguntungkan bagi negara.
  3. Kepadatan penduduk optimum, yaitu kepadatan penduduk yang sebaik-baiknya. Jumlah penduduk yang ada di negara itu cukup untuk mengolah kekayaan alam yang ada di negaranya guna mencukupi kebutuhan hidup.
Agar jelasnya, periksalah tabel kepadatan penduduk di Indonesia seperti di bawah ini.
Kepadatan Penduduk Per Kilometer Menurut Provinsi Tahun 1990 dan Tahun 2000

C. MENYAJIKAN INFORMASI KEPENDUDUKAN MELALUI PETA, TABEL, DAN GRAFIK/DIAGRAM

Amatilah tabel penduduk menurut golongan umur daerah kota/desa dan jenis kelamin

Keterangan :

Tidak termasuk jumlah penduduk yang diestimasi sebesar 459.557 orang di daerah perkotaan dan 1.857.659 di daerah pedesaan serta jumlah penduduk yang nonresponse sebesar 566.403 orang di daerah perkotaan dan 1.717.578 orang di daerah pedesaan. (Sumber: Biro Pusat Statistik, 2000)
Itulah postingan yang admin bagikan pada kali ini, mengenai Fenomena Antroposfer Dan Aspek Kependudukan. Semoga bermanfaat. Jangan lupa bagika ya !

0 Response to "Fenomena Antroposfer Dan Aspek Kependudukan"

Posting Komentar

-->