-->

Prosedur Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja

Apakah kalian pernah pergi ke suatu tempat dan melihat papan peringatan seperti gambar di bawah ini? Mengapa papan peringatan tersebut dipasang? Bagaimana jika papan peringatan tersebut tidak dipasang?
 

Pemasangan papan peringatan merupakan bentuk penerapan prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja (K3). Prosedur K3 wajib diikuti ketika kita menjalankan pekerjaan di tempat kerja. Selain bertujuan melindungi diri sendiri, prosedur tersebut dapat memberikan keamanan dan keselamatan bagi rekan kerja atau pelanggan.

A. Prosedur Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja

Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja (K3) merupakan langkah-langkah yang harus diikuti agar para pekerja selalu sehat, selamat, dan aman dalam bekerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat artinya keadaan yang baik pada diri manusia, dari aspek jasmani maupun rohani. Selamat berarti bebas dari bahaya atau ancaman yang muncul di sekitar, sedangkan aman berarti bebas dari bahaya atau terlindung dari gangguan.
 

Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja harus selalu diikuti oleh semua orang yang beraktivitas di perusahaan. Beberapa manfaat mengikuti prosedur ini sebagai berikut.

1. Semua kegiatan yang dilakukan di perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Staf perusahaan merasa aman dan nyaman, tanpa ada kehawatiran yang berarti ketika melakukan pekerjaannya.
3. Menghemat biaya karena tidak memerlukan biaya tambahan untuk menangani kecelakaan kerja.
 

Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (William Angliss Institute of TAFE, 2012).

  1. Memastikan semua tenaga kerja mengoperasikan peralatan ataupun sistem yang ada secara aman. Sebagai contoh, di area dapur industri kuliner sering menggunakan peralatan-peralatan atau bahan yang dapat berbahaya, seperti gas, listrik, atau benda tajam. Sebelum menggunakan alat atau bahan tersebut, kalian harus memastikan keamanannya sebelum digunakan. Periksa regulator dan selang gas untuk memastikan tidak ada kebocoran. Periksa kabel dan stop kontak serta keringkan tangan untuk menghindari kemungkinan tersetrum atau korsleting listrik.
  2. Melakukan identifikasi dan melaporkan situasi jika ada hal yang tidak aman. Sebagai contoh, ketika ditemukan kabel listrik yang mengelupas. Masalah tersebut harus langsung diatasi dengan cara membungkus kabel yang terkelupas dengan selotip atau bahan lain yang tidak menghantarkan listrik dan langsung melaporkan kejadian tersebut kepada atasan atau pihak yang berwenang.
  3. Menyediakan layanan dan pemeliharaan untuk peralatan dan sistem yang beroperasi sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Pemeliharaan peralatan dapat dilakukan oleh staf yang mengoperasikan alat tersebut. Sebagai contoh, sebagai juru masak di dapur, kalian harus selalu memeriksa kompor sebelum digunakan. Jika tidak ditemukan kerusakan, kompor dapat langsung digunakan. Setelah menggunakannya, kalian harus segera membersihkan kompor sebagai bagian dari pemeliharaan. Jika selalu dibersihkan, kompor tidak akan cepat rusak. Jika suatu saat kompor tersebut rusak, maka kalian perlu memanggil teknisi yang berwenang untuk melakukan perbaikan dan perawatan alat tersebut.
  4. Mengikuti langkah-langkah pelaporan saat terjadi kecelakaan atau cedera. Saat terjadi kecelakaan kerja, kalian tidak boleh diam saja. Selain melaksanakan pertolongan pertama, kalian juga harus melaporkan kejadian tersebut sesuai prosedur perusahaan, misalnya dengan menuliskan kejadian kecelakaan tersebut di buku catatan dan melaporkannya kepada atasan yang berwenang.
  5. Mematuhi standard operational procedure (SOP) di tempat kerja. SOP di

tempat kerja sangat penting diikuti. Jika kalian tidak mengikuti SOP, kemungkinan kecelakaan kerja tidak hanya terjadi pada diri kalian sendiri, tetapi juga orang lain. Beberapa contoh SOP dalam bekerja di dapur antara lain mencuci tangan sebelum memegang makanan, mengenakan penutup kepala, mengenakan safety shoes dan yang lainnya. Coba identifikasilah SOP yang ada di dapur sekolah kalian. Tuliskan hasil identifikasi kalian di buku catatan. 

Selain mencegah kecelakaan kerja, penerapan prosedur K3 saat bekerja juga dapat mencegah penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang muncul karena seseorang melakukan pekerjaan tertentu atau karena lingkungan kerja orang tersebut. Di industri kuliner, ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang menderita penyakit akibat kerja. Sebagai contoh, varises karena sering berdiri terlalu lama, nyeri punggung atau pinggang karena sering mengangkat barang berat dengan cara yang salah, dan sakit karena paparan suhu panas terlalu lama.

B. Menyediakan Informasi Mengenai Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan (K3)

Informasi yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, dan keamanan (K3) di tempat kerja harus diberikan secara informatif agar mudah dimengerti oleh para staf serta mudah untuk dilihat. Informasi ini harus selalu dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun yang bekerja di perusahaan.
 
Dalam lingkup dunia industri, menyediakan informasi berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja merupakan hal yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Informasi ini juga perlu diberikan kepada staf baru sebagai bagian dari kegiatan induksi dan orientasi.Tujuannya agar para staf dapat menaati dan mengikuti prosedur K3 demi kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bagi mereka, serta lingkungan kerjanya.
 
Di perusahaan, informasi tentang kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja dapat diberikan secara lisan maupun tulisan. Secara lisan, pihak yang berwenang dapat menyampaikan informasi saat ada pertemuan perusahaan, pelatihan staf, ataupun dalam kegiatan lain. Secara tulisan, informasi dapat disampaikan melalui dokumen-dokumen, atau dengan poster, papan petunjuk, dan papan peringatan yang ditempelkan di tempat-tempat yang dibutuhkan.
 
Menurut Kementerian Ketenagakerjaan (2018), beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penyediaan informasi tentang kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja sebagai berikut.
  1. Pastikan semua informasi yang sudah tidak relevan dengan prosedur K3 di perusahaan dihilangkan. Apabila papan informasi yang sudah tidak terpakai tetap dipasang menyebabkan tembok atau ruangan penuh dengan tempelan yang tidak bermanfaat. Selain itu, staf akan bingung dengan informasi yang diterima dan prosedur terbaru yang harus diikuti.
  2. Perbarui tanda peringatan, informasi, atau file sesuai prosedur K3 di perusahaan. Informasi-informasi terbaru harus segera dipasang di tempat-tempat yang disediakan. Dengan demikian, staf perusahaan dapat segera mengetahui dan mengikuti informasi yang diberikan tersebut.
  3. Informasi diletakkan di semua ruang staf/ruang terkait dalam bentuk papan informasi/poster petunjuk keselamatan kerja/petunjuk pengoperasian alat sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di perusahaan. Hal ini dilakukan agar informasi tersebut lebih mudah diakses oleh semua staf, sehingga pesan yang disampaikan dapat langsung diterima dan diikuti.
 

Segala hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan, keamanan, dan keselamatan (K3) di tempat kerja perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif para staf karena mereka sering memiliki ide/kontribusi yang layak dan efektif. Jika staf ikut berpartisipasi aktif, maka penerapan K3 di tempat kerja akan menjadi lebih baik karena staf terlibat secara langsung.
 

C. Pelaksanaan dan Monitoring untuk Mengontrol Bahaya dan Risiko di Tempat Kerja

Keamanan di tempat kerja dapat tercipta jika semua orang yang terlibat
memperhatikan dan mengikuti prosedur keamanan yang telah ditentukan.
Untuk mengontrol bahaya dan risiko keselamatan dan keamanan kerja di
tempat kerja, kita perlu mengidentifikasi hal-hal yang termasuk bahaya/risiko.
Contoh bahaya dan risiko keselamatan dan keamanan di tempat kerja menurut
William Angliss Institute of TAFE (2012) sebagai berikut.
  1. Api, kebocoran gas, dan keadaan darurat lain.
  2. Risiko yang disebabkan keramaian, seperti ancaman dari pelanggan, demonstrasi, dan lainnya.
  3. Ancaman bom.
  4. Pencurian dan perampokan.
  5. Hewan-hewan yang mengganggu, seperti tikus atau kecoa yang dapat memengaruhi keamanan makanan.
  6. Cedera karena kesalahan akibat tindakan pribadi.
  7. Terpeleset, terjatuh, dan lainnya.
  8. Konsumsi alkohol yang menyebabkan staf mabuk saat bekerja.
  9. Kekerasan dalam bekerja seperti perundungan atau pelecehan seksual.
  10. Penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya.
Setelah bahaya teridentifikasi, kita perlu menilai risiko terhadap kesehatan dan keselamatan serta mengidentifikasi cara mengatasinya. Langkah berikutnya adalah menerapkan tindakan yang tepat untuk mengendalikan risiko dan melakukan monitoring secara berkala. Monitoring perlu dilakukan agar bahaya dan risiko yang mengancam keselamatan dan keamanan kerja dapat dicegah dengan baik.
 
Menurut International Labour Organization (2009), langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko bahaya sebagai berikut. 

1. Menghilangkan Bahaya atau Risiko
 
Beberapa jenis bahaya/risiko keselamatan dan keamanan kerja di tempat kerja dapat dihilangkan. Di industri kuliner, contoh bahaya dan risiko yang dapat dihilangkan adalah air tumpah dan menyebabkan seseorang terpeleset. Hal tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengeringkan lantai yang terkena tumpahan air sehingga tidak licin.
 
2. Mengendalikan Bahaya atau Risiko pada Sumbernya
 
Mengendalikan bahaya/risiko pada sumbernya berarti mencegah agar bahaya/risiko tersebut tidak terjadi. Sebagai contoh, jika air yang tumpah dapat menyebabkan seseorang terpeleset. Bahaya terpeleset dapat dicegah dengan mengendalikan air agar tidak tumpah.
 
3. Meminimalisasi Bahaya/Risiko dengan Merancang Sistem Kerja yang Aman
 
Sistem kerja yang aman meminimalkan bahaya/risiko keselamatan dan keamanan kerja di tempat kerja. Sebagai contoh, ada aturan perusahaan yang menentukan bahwa ketika lantai basah, harus dipasang papan penanda hati-hati terpeleset. Ketika hal tersebut dilakukan, maka orang yang akan melintas mengetahui bahwa lantai tersebut basah dan berhati-hati saat melewatinya sehingga tidak terpeleset.

4. Menyediakan Peralatan Pelindung Diri yang Sesuai
 
Menggunakan peralatan pelindung diri yang sesuai merupakan salah satu cara untuk mencegah bahaya/risiko keselamatan dan keamanan kerja di tempat kerja. Salah satu penerapan upaya tersebut adalah mengenakan safety shoes sehingga ketika lantai basah dan tidak ada papan peringatan, risiko terpeleset menjadi lebih rendah.

D. Prosedur Dasar Pertolongan Pertama Saat Terjadi Insiden/Kecelakaan Kerja di Dapur

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) merupakan upaya pertolongan serta perawatan yang dilakukan kepada korban kecelakaan. P3K juga dilakukan untuk membantu seseorang yang tiba-tiba sakit sebelum mendapat pertolongan lebih lanjut dari dokter atau paramedis. Pada bab ini pembahasan pertolongan pertama dikhususkan pada insiden, kecelakaan kerja, dan keadaan darurat yang sering terjadi di area kerja, yaitu dapur.
 
Dapur merupakan tempat atau ruangan yang berfungsi untuk mengolah makanan. Di dapur, terdapat banyak peralatan pengolahan makanan yang pengoperasiannya perlu diperhatikan dengan baik, seperti gas, api, pisau, dan benda tajam lainnya. Saat mengoperasikan alat-alat tersebut, terkadang seseorang lalai sehingga terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) penting dilakukan agar dapat meringankan kondisi korban, menjaga keadaan korban tetap stabil, dan mencegah keparahan akibat kecelakaan tersebut.
 
Kecelakaan kerja yang sering terjadi di dapur antara lain teriris, tergores atau jatuh sehingga menyebabkan perdarahan, terbakar, terkena panas atau uap panas sehingga menyebabkan melepuh atau luka bakar, terkena setrum, tersedak, terpeleset, tertabrak, dan tertimpa barang sehingga keseleo atau memar. Sementara itu, kecelakaan kerja yang sangat jarang terjadi, tetapi memiliki kemungkinan dapat terjadi, yaitu retak/patah tulang, cedera kepala atau cedera tulang belakang atau syok karena jatuh, terpeleset, dan tertimpa sesuatu.
 
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di dapur dilakukan dengan perlakuan berbeda sesuai jenis insiden atau kecelakaan kerja yang terjadi Adapun jenis-jenis insiden/kecelakaan kerja dan penanganannya sebagai berikut.
 
1. Perdarahan (Bleeding)
 
Perdarahan merupakan keadaan kehilangan darah. Peristiwa ini dapat terjadi jika korban teriris, tergores, atau jatuh dengan luka terbuka atau hal lain yang menyebabkan keadaan kehilangan darah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani perdarahan (bleeding) sebagai berikut (William Angliss Institute of TAFE, 2012).

  • Luka perdarahan ringan segera ditangani dengan membersihkan luka, dibasuh pada air yang mengalir, dan ditutup dengan plester penutup luka atau perban. Sebelum ditutup perban, luka diberi cairan antiseptik terlebih dahulu.
  • Mengenakan sarung tangan sekali pakai untuk mengurangi risiko infeksi silang.
  • Jika setelah diplester atau diperban darah masih keluar dari balutan perban yang dipasang ke lengan atau tungkai, balutlah dengan lebih kencang dan angkat lengan atau tungkai yang cedera di atas ketinggian jantung.
  • Jika ada benda yang menempel di luka, jangan menekan luka ataupun berusaha mencabut/mengeluarkan benda tersebut. Stabilkan benda yang menempel dengan bahan terbersih yang tersedia, selanjutnya dibalut dengan perban.
2. Luka Bakar (Burns)
 
Luka bakar dapat terjadi ketika kalian terkena api secara langsung atau terkena benda/uap panas. Menurut Badan Penanggulangan Bencana DIY (2018), upaya perawatan luka bakar (burns) sebagai berikut.
  • Luka ringan, seperti kulit memerah atau melepuh, letakkan luka bakar tersebut di bawah air dingin yang mengalir kurang lebih selama 10 menit dan jangan menggunakan air es. Jika ada yang melepuh, jangan pecahkan lepuhan tersebut.
  • Jika tersiram air panas dan ada pakaian yang melekat, guyur bagian tersebut dengan air perlahan. Selanjutnya, potong atau angkatlah pakaian yang menutupi area terbakar dengan hati-hati.
  • Berikan perban steril pada luka bakar dengan luas melebihi luka. d. Korban yang terkena luka akar serius harus segera mendapatkan pertolongan medis.
3. Tersetrum (Electrical Burns Or Electrocution)
 
Tersetrum terjadi ketika ada aliran listrik melewati tubuh. Berhati-hatilah saat menolong korban yang tersetrum. Coba perhatikan tubuh korban. Apabila tubuh korban menempel pada kabel listrik, hati-hati saat memberikan pertolongan. William Angliss Institute of TAFE (2012) memberikan informasi yang harus dilakukan saat terjadi kecelakaan kerja akibat tersetrum sebagai berikut.
  • Jangan menyentuh kabel listrik, jangan menyentuh korban, dan segera matikan arus listrik.
  • Jika tidak dapat mematikan arus listrik, lindungi diri dengan berdiri di tempat yang kering dan tidak menghantarkan listrik. Dorong korban menjauh dari sumber listrik atau jauhkan sumber listrik dari korban menggunakan alat yang tidak menghantarkan listrik, seperti kayu.
  • Periksa pernapasan korban. Gunakan teknik resusitasi jika korban tidak bernapas.
  • Jika ada luka bakar, balut dengan perban.
  • Segera minta pertolongan tenaga medis.
4. Tersedak (Choking)
 
Tersedak merupakan hal yang sering terjadi. Seorang juru masak dapat tersedak saat mencicipi makanan atau minuman. Tersedak ringan dapat diatasi dengan melakukan batuk untuk mengeluarkan sumbatan. Jika masih tetap tersedak dan sumbatan tidak keluar, lakukan beberapa upaya berikut. (Yulianingsih, 2017)
  • Berdirilah sejajar di belakang korban.
  • Kepalkan satu tangan dan letakkan dengan jarak 2 jari di atas pusar korban. Genggam kepalan tangan menggunakan sebelah tangan yang lain sehingga posisi tangan melingkari korban.
  • Tekan perut korban dengan kepalan tersebut sehingga benda yang menyebabkan tersedak keluar dari mulut.
  • Jika korban tidak sadar, lakukan resusitasi jantung dan paru dengan meminta bantuan medis.
 
5. Menangani Patah Tulang (Applying Basic First Aid To Fractures)
 
Kecelakaan kerja di dapur yang mengakibatkan patah tulang jarang terjadi. Akan tetapi, jika terjadi patah tulang pada tangan ataupun kaki, pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebagai berikut.
  • Jangan panik dan jangan menganggap remeh kecelakaan patah tulang.
  • Jangan menggerakkan bagian yang dicurigai patah.
  • Pasang alat bantu untuk menjaga bagian tubuh yang patah agar tidak banyak bergerak.
  • Pastikan korban dibawa ke rumah sakit menggunakan transportasi yang aman.
6. Keseleo (Sprains)
 
Keseleo merupakan keadaan cedera pada bagian otot di pergelangan kaki, lutut, atau pergelangan tangan. Menurut William Angliss Institute of TAFE (2012), penanganan keseleo dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut.
  • Angkat tungkai.
  • Tempelkan es atau bantalan dingin ke area cedera.
  • Kompres luka dengan perban atau bantalan lembut.
  • Angkat anggota tubuh yang cedera.

Selain kecelakaan kerja yang sudah dideskripsikan, ada beberapa insiden yang mungkin terjadi ketika kalian bekerja di dapur. Sebagai tempat kerja juru masak, dapur identik dengan api. Saat staf dapur lalai dalam mengikuti prosedur kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja, atau terjadi gangguan teknis, insiden dapat terjadi kapan pun. Contoh kecelakaan kerja akibat api, yaitu kebocoran gas dan kebakaran.

Menurut William Angliss Institute of TAFE (2012), langkah-langkah menghadapi insiden kebocoran gas dan kebakaran sebagai berikut.

  • Jangan panik.
  • Matikan api (jika ada api yang menyala) dan hindari kontak dengan listrik.
  • Jika gas bocor pada selang/saluran dari tabung gas yang menuju kompor atau peralatan dapur lain, tutup kran gas untuk menghentikan aliran gas. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mencabut regulator.
  • Jika gas bocor terdeteksi dari regulator, segera cabut regulator tersebut.
  • Jika gas bocor diduga pada tabung gasnya, setelah mencabut regulator, letakkan tabung gas di lokasi terbuka yang memiliki sirkulasi udara baik. 
  • Jika terjadi percikan api pada tabung gas, tutup percikan tersebut dengan kain lembap.
  • Laporkan kepada pihak yang berwenang agar bagian yang menyebabkan kebocoran gas dapat diganti/diperbaiki.
  • Pastikan ruangan dapur memiliki sirkulasi udara yang baik dan tidak terdeteksi bau gas menyengat sebelum mulai menyalakan api kembali.
Upaya yang dapat dilakukan ketika terjadi kebakaran sebagai berikut.
  • Jangan panik.
  • Jika terjadi kebakaran kecil akibat api kompor yang membesar atau terkena arus listrik, matikan terlebih dahulu kompor atau arus listriknya. Selanjutnya, tutup api menggunakan handuk atau kain tebal lain yang basah. Jika tersedia fire blanket, maka fire blanket tersebut dapat digunakan untuk menutup api sehingga api padam.
  • Kebakaran kecil juga dapat dipadamkan dengan alat pemadam api (fire extinguisher) yang tersedia di dapur.
  • Jangan menyiram air pada api.
  • Jika kebakaran yang terjadi cukup besar, tetap tenang jangan panik. Ikuti prosedur evakuasi yang telah disosialisasikan dan diterapkan perusahaan (apabila ada).
  • Gunakan tangga darurat untuk keluar dari area kebakaran.
  • Ketika banyak asap, usahakan jangan sampai menghirupnya dan posisikan diri kalian serendah mungkin. Kalian juga dapat menggunakan fire blanket yang tersedia untuk melindungi diri dari api.
Saat terjadi kecelakaan kerja, pertolongan pertama perlu segera dilakukan untuk mencegah keparahan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, peralatan dan perlengkapan P3K harus disiapkan dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2008, isi kotak P3K mengikuti jumlah pekerja di industri dengan ketentuan sebagai berikut.

Rangkuman
 
Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja wajib diikuti ketika kita bekerja. Selain demi keamanan diri sendiri, prosedur tersebut harus dilakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan rekan kerja dan pelanggan. Jenis-jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi di dapur, yaitu perdarahan (bleeding), luka bakar (burns), tersetrum (electrical burns or electrocution), tersedak (choking), patah tulang (fractures), dan keseleo (sprains).

0 Response to "Prosedur Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja"

Posting Komentar

-->