-->

Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial

Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial - Kali ini admin akan bagikan artikel mengenai Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial. Untuk lebih lengkapnya, langsung saja anda menyimak penjelasan di bawah ini.

Setiap hari media massa baik dari koran, majalah, radio, TV menyiarkan berbagai macam berita. Berita tersebut misalnya berbagai macam aktivitas manusia sebagai penyimpangan terhadap nilai norma dan pranata sosial yang berlaku. Contoh: penganiayaan, pembunuhan, perampokan, penodongan, penggendaman (sihir), pencurian, dan lain-lainnya. Berita tersebut muncul setiap hari sehingga dapat menimbulkan kegelisahan masyarakat.
Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial
Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial

A. PERILAKU MENYIMPANG   

1.  Pengertian Perilaku Menyimpang

Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi perilaku menyimpang (penyimpangan sosial) sebagai berikut.

Bruce J. Cohen

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

James Vander Zander

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

Robert M.Z. Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

Dari definisi-definisi di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat disederhanakan setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi disebabkan seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan di masyarakat.
Ciri-ciri Perilaku Menyimpang dan Sikap-sikap Antisosial Penyimpangan sosial memiliki 6 ciri sebagai berikut.

1. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan

Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut.

2. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa Juga Ditolak

Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum.

3. Penyimpangan Relatif dan Penyimpangan Mutlak

Umumnya pada masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang.

Secara umum, penyimpangan yang dilakukan tiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya dan akhirnya tidak menyimpang.

4. Penyimpangan Terhadap Budaya Nyata Ataukah Budaya Ideal

Budaya ideal di sini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat, tetapi dalam kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan hukum yang berlaku. Akibatnya antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.

5. Terdapat Norma-norma Penghindaran Dalam Penyimpangan

Pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang maka akan muncul "norma-norma penghindaran". Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.

6. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)

Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Di satu pihak, masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam kehidupan. Kita harus mengetahui, sampai batas tertentu, perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial dari Sudut Pandang Biologi

Perilaku menyimpang seseorang bisa menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku menyimpang itu, dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan membenarkan penyimpangan tersebut maka perbuatan itu tidak lagi dipandang sebagai perilaku menyimpang, tetapi justru sebagai norma baru. Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang bekerja di luar rumah dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh pria.

Dari sudut pandang biologis bahwa penyimpangan sosial berhubungan dengan faktor-faktor biologis, seperti tipe sel-sel tubuh. Sejumlah ilmuwan seperti Lombroso, Kretschmer, Hooton, Von Hentig, dan Sheldon melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perbuatan menyimpang.

Kriminolog Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal.

Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar, yaitu endomorph (bundar, halus, dan gemuk), mesomorph (berotot dan atletis), ectomorph (tipis dan kurus) mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian dan kepribadiannya masing-masing. Misalnya, para penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorph.

Para ahli ilmu sosial meragukan kebenaran teori tentang tipe tubuh tersebut. Meskipun ditunjang oleh berbagai bukti empiris, para kritikus menemukan sejumlah kesalahan metode penelitian sehingga menimbulkan keraguan terhadap kebenaran teori tersebut.

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial dari Sudut Pandang Psikologi

Teori ini berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang karena perilaku menyimpang sering kali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental. Perilaku menyimpang juga sering kali dikaitkan dengan penyakit mental, namum demikian teori psikologis tidak dapat memberikan banyak bantuan untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang seseorang.

Ilmuwan yang terkenal di bidang ini adalah Sigmund Freud. Dia membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut.
  • Id, yaitu bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan impulsif (mudah terpengaruh oleh gerak hati).
  • Ego, yaitu bagian diri yang bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu kepribadian).
  • Superego, yaitu bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi sebagai suara hati.
Menurut Freud perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan (tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak berhasil memberikan perimbangan.

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial dari Sudut Pandang Sosiologi

Dari sudut pandang sosiologi terjadinya perilaku menyimpang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

Perilaku Menyimpang Karena Sosialisasi

Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat menyimpang maupun yang tidak menyimpang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai yang diserapnya. Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengalaman nilai-nilai tersebut dalam perilaku seseorang.

Teori sosialisasi didasarkan pada pandangan bahwa dalam sebuah masyarakat ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat.

Seseorang biasanya menyerap nilai-nilai dan norma-norma dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak menyerap nilai-nilai atau norma yang tidak berlaku secara umum, ia akan cenderung berperilaku menyimpang. Lebih-lebih kalau sebagian besar teman-teman di sekelilingnya adalah orang yang memiliki perilaku menyimpang, kemungkinan besar orang itu juga akan cenderung menyimpang pula.

Perilaku Menyimpang Karena Anomie

Achmadi mengacu pendapat Emile Durkheim berpendapat bahwa anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan-kenyataan sosial yang ada di lapangan.

Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai, tetapi antara norma dan nilai yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan.

Akibatnya, timbul keadaan tidak adanya seperangkat nilai atau norma yang dapat dipatuhi secara konsisten oleh masyarakat.

Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Perilaku menyimpang akan bertambah luas jika banyak orang yang semula menempuh cara-cara pencapaian tujuan dengan cara yang wajar beralih ke cara-cara yang menyimpang. Teori ini sangat cocok untuk menganalisis banyak perilaku menyimpang di negara berkembang, misalnya, perilaku KKN.

Ada lima cara pencapaian tujuan mulai dari yang wajar maupun menyimpang sebagai berikut.

1. Konformitas, yaitu sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional dengan cara yang juga konvensional, atau yang selama ini biasa dilakukan.

Contoh: Seseorang yang ingin kaya dengan cara yang wajar dan diterima umum, yaitu bekerja keras, halal, dan tidak bertentangan dengan hukum.

2. Inovasi, yaitu sikap seseorang dalam menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dengan cara baru yang belum biasa dilakukan. Dalam inovasi upaya pencapaian tujuan dilakukan dengan cara yang tidak konvensional termasuk cara-cara yang terlarang dan kriminal.

Contoh: Seorang otodidak komputer berhasil menembus sistem komputer suatu bank. Ia menjadi kaya dengan cara baru dan kreatif, namun melanggar hukum.

3. Ritualisme, yaitu sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.

Dalam ritualisme, seseorang mempertahankan cara yang sudah konvensional, namun tujuan yang sebenarnya sebagian besar telah dilupakan. Ritus (upacara) tetap dilakukan, tetapi fungsi dan maknanya sudah hilang.

Contoh: Pengemudi menaati lampu lalu lintas karena takut ditilang, bukan demi keselamatan diri dan pengemudi lain.

4. Pengasingan, yaitu sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupun cara-cara mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.

Contoh: Seorang karyawan mengundurkan diri dari perusahaan karena konflik kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.

5. Pemberontakan, yaitu sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru.

Contoh: Kaum revolusioner yang memperjuangkan suatu ideologi dengan gigih melalui perlawanan bersenjata.

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial dari Sudut Pandang Kriminologi

Perilaku menyimpang dari sudut pandang kriminologi ada 2 macam, yaitu:

1. Teori Pengendalian

Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupaya imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi hukuman terhadap penyimpangan. Dalam masyarakat konvensional, ada empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya.

2. Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati.

Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain.

Keterikatan (komitmen), berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis.

Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat seperti sekolah dan organisasi-organisasi masyarakat.

Teori Konflik

Dalam teori ini terdapat dua macam konflik sebagai berikut.
  1. Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. Masing-masing kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Orang-orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpangan.
  2. Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya.

B. JENIS DAN BENTUK PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTISOSIAL

1.  Jenis-jenis Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial

Penyimpangan Primer dan Sekunder

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai pola-pola perilaku tertentu. Ada kalanya manusia berperilaku sesuai dengan kehendak umum, tetapi di lain waktu bertindak menentang atau tidak sesuai dengan kehendak umum. Oleh karena itu, dikenal dua jenis penyimpangan sosial, yaitu penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial sekunder.

1) Penyimpangan Sosial Primer

Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.

Contoh: Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas.

Penyimpangan Sosial Sekunder

Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelaku secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang.

Contoh: Seseorang yang peminum dan pemabuk minuman keras di mana pun ia berada akan dibenci orang.

Penyimpangan Individu dan Kelompok

Berdasarkan jumlah individu yang terlibat dalam perilaku menyimpang maka penyimpangan sosial menurut Drs. Kuswanto dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.

1) Penyimpangan Individu

Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Hanya satu individu yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma umum yang berlaku. Perilaku seperti ini secara nyata menolak norma-norma yang telah diterima secara umum dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.

2) Penyimpangan Kelompok

Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu.

Perilaku menyimpang kelompok ini agak rumit sebab kelompok-kelompok tersebut mempunyai nilai-nilai, norma-norma, sikap, dan tradisi sendiri. Fanatisme anggota terhadap kelompoknya dapat menyebabkan mereka merasa tidak melakukan perilaku menyimpang. Penyimpangan kelompok lebih berbahaya bila dibandingkan dengan penyimpangan individu.

Contoh :

Kelompok (geng) kejahatan terorganisir yang melakukan penyelundupan dan perampokan.

Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu (teroris).

Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu negara (separatis).

Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial

Bentuk perilaku menyimpang itu antara lain penyalahgunaan narkotika, perkelahian pelajar, perilaku seksual di luar nikah, dan sebagainya.

Penyalahgunaan Narkotika

Sebelum menguraikan bahaya sebagai akibat penyalahgunaan narkotika, untuk jelasnya kita awali dengan meninjau khasiat narkotika dari segi medis. Narkotika itu khasiat utama sebagai analgetika, yaitu mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan di rumah sakit dan untuk orang yang menderita sakit yang sudah tidak tahan lagi.

Misalnya sakit kanker atau diberikan kepada orang-orang yang akan mengalami operasi. Di samping khasiat utama seperti yang tersebut di atas narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbulnya efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama di kalangan remaja ingin menggunakan narkotika, meskipun tidak menderita sakit apa-apa. Hal inilah yang mengakibatkan terjadi penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya-bahaya yang bila menggunakan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan, yang timbul adalah adanya ”addiksi” = ketergantungan obat (ketagihan).

Addiksi adalah suatu keracunan obat yang bersifat kronik atau periodik sehingga kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat.

Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan narkotika, pada mulanya masih dalam ukuran (dosis) yang normal, lama kelamaan penggunaan obat menjadi kebiasaan (habituasi), setelah biasa menggunakan kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini akhirnya menjadi dependensi (ketergantungan), merasa tidak dapat hidup tanpa narkotika.

Adapun gejala-gejala diri korban ketergantungan obat narkotika menurut Kuswanto menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
  • Tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang ada di sekelilingnya, bertindak semaunya sendiri, indisipliner, sering berdusta, membolos sekolah, terlambat bangun pagi, ingin selalu ke luar rumah, menghabis-habiskan makanan di rumah tanpa mengingat anggota keluarga yang lain.
  • Pada proses yang lebih tinggi, kenakalan meningkat sampai mau mengambil barang berharga (mencuri).
  • Pada dosis yang tinggi penderita merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, merasa kuat dan sanggup melakukan apa saja.
  • Pada saat efek mulai menurun penderita sangat gelisah, merasa diancam, dikejar-kejar ingin menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri atau membunuh orang lain.
  • Reaksi demikian inilah yang dinamakan ketergantungan obat, yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun masyarakat.

Jenis-jenis narkotika yang sering digunakan sebagai berikut.

1) Candu (Opium)

Berasal dari tumbuh-tumbuhan Papaver somni ferum termasuk golongan semak tingginya 70-110 cm. Bunganya berwarna merah, ungu, dan putih. Buahnya berbentuk seperti pemukul gong, di sinilah disadap getahnya sebagai penghasil candu. Negara penghasil: Rusia Selatan, India, Meksiko, Iran, Cina, Turki, dan Afrika Selatan.

2) Morfin

Morfin merupakan zat yang diperoleh dari candu ditemukan tahun 1805 oleh ahli farmasi Jerman yang bernama Seturnur. Umumnya warnanya putih berwujud bubukan, pahit rasanya. Dengan bahan baku morfin melalui proses kimia dapat menghasilkan zat pembius, menenangkan sistem urat saraf. Jenis lainnya, yaitu heroin dan kokain.

3) Alkohol

Mempunyai sifat menimbulkan gangguan pada susunan saraf. Alkohol pada minuman keras contohnya Jenever dan Brendi. Apabila diminum mula-mula menjadikan riang gembira, banyak berbicara (Euphorie), kesadarannya merendah, keseimbangan badan terganggu, dan mabuk.

Akibat pemakaian alkohol yang berlebihan dapat terjadi kelumpuhan karena radang saraf.

4) Kokain

Diperoleh dari tumbuh-tumbuhan Eryth roxylon coca, termasuk golongan semak tingginya mencapai 2 m. Daunnya mengandung zat pembius. Serbuk kokain warnanya putih rasanya pahit, banyak dipakai dalam lingkungan pembedahan atau operasi.

5) Ganja (Mariyuana)

Ganja diperoleh dari tumbuhan bernama Canabis Sativa. Tumbuhan ini termasuk golongan semak, cocok di daerah tropis dan subtropis. Yang diambil adalah daunnya, diiris-iris dan dikeringkan seperti tembakau.

6) Kofein

Kopi mengandung zat kofein yang mempengaruhi susunan saraf dan jantung, menyebabkan orang sulit tidur. Orang yang biasanya minum kopi, dapat ketagihan, badan merasa lemas dan kepala pusing.

LSD = Lysergic Acid Diethylamide

Diketemukan Dr. Albert Hoffman dari Jerman. Bila LSD dimakan menyebabkan halusinasi, bayangan dengan bermacam-macam khayalan.

8) Tembakau

Mengandung racun nikotin yang keras, untungnya nikotin banyak yang lenyap pada waktu tembakau terbakar oleh rokok. Nikotin merangsang susunan urat saraf dapat menimbulkan ketagihan. Tir merupakan zat yang terkandung dalam tembakau yang dapat menimbulkan penyakit kanker paru-paru.

Mengapa para remaja harus diselamatkan dari bahaya narkotika? Orang tua tidak selamanya kuat dan tetap hidup. Orang tua itu bila sudah umur 55 tahun ke atas, tenaganya tidak kuat lagi untuk bekerja. Umur 55 tahun untuk pegawai negeri sudah mulai pensiun dan harus diganti dengan angkatan muda.

Tenaga pengganti haruslah orang yang lebih cakap, lebih pintar, lebih baik, agar masa depan bangsa semakin baik, dan lebih maju. Oleh sebab itu, remaja harus diselamatkan karena ditangannyalah terletak nasib bangsa dan negara. Karena itu para remaja haruslah mempersiapkan diri menjadi orang besar berjiwa besar, ulet, dan tangguh menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasinya.

Perkelahian Pelajar

Perkelahian antarpelajar dapat merusak dan memperlemah persatuan dan kesatuan para pelajar di samping merusak nilai-nilai sosial. Peranan organisasi pelajar seperti OSIS, Palang Merah Remaja, Pramuka, dan lain-lain sangat penting di dalam pembentukan sikap dan tingkah laku para pelajar. Melalui organisasi-organisasi pelajar kita kembangkan kreativitas dan efektivitas kaum pelajar. Apabila terjadi masalah, selesaikan dengan musyawarah. Kita selesaikan menurut jalur musyawarah atau jalur hukum, jangan menggunakan kekuatan fisik untuk menyelesaikan.

Perilaku Seksual di Luar Nikah

Perilaku seksual di luar nikah terjadi sebagai akibat masuknya kebudayaan barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama maupun nilai-nilai sosial pada masyarakat Indonesia.

Masuknya paham ”Children Of God” sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat . Karena pada dasarnya Children Of God (COG) merupakan free sex di luar nikah menurut ajaran agama adalah dosa besar.

Perilaku menyimpang seperti penyalahgunaan narkotika, perkelahian pelajar, dan perilaku seksual di luar nikah semuanya merupakan problem sosial menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan penyimpangan tersebut. Sehubungan dengan problem-problem tersebut, kuatkan mental dan iman Anda sebagai pelajar. Carilah teman yang baik, carilah kegiatan yang bersifat positif, berolahragalah agar jasmani dan rohani menjadi kuat, pelajarilah dan tingkatkan pengetahuan agama Anda masing-masing!

C. PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG C. DAN SIKAP ANTISOSIAL SEBAGAI AKIBAT PROSES SOSIALISASI YANG TIDAK SEMPURNA

Perilaku menyimpang seseorang atau kelompok karena akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna dan akan berakibat terjadinya benturan sehingga timbul kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur. Kelompok sosial yang tidak teratur menurut Soerjono Soekanto, dibedakan menjadi 2 golongan, yakni kerumunan dan publik.

1.  Kerumunan (Crowd)

Kerumunan adalah kumpulan orang yang tidak teratur, terjadi secara spontan. Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial bersifat sementara. Kerumunan segera berakhir, setelah orang-orang bubar.

Ukuran utama adanya kerumunan, yaitu kehadiran orang-orang secara fisik. Kerumunan tersebut tidak terorganisasikan. Ia dapat mempunyai pimpinan dan tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam kalau orang yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan.

Untuk membubarkan suatu kerumunan diperlukan usaha-usaha tertentu sebagai berikut.
  • Usaha mengalihkan pusat perhatian. Misalnya mengusahakan agar individu-individu sadar kembali akan kedudukan dan peranan yang sesungguhnya.
  • Usaha lain yang dapat untuk menakuti mereka misalnya suatu demonstrasi, dibubarkan dengan gas air mata atau dengan tembakan-tembakan peringatan dari senjata api.
  • Sering kali diusahakan dengan cara memecah belah pendapat umum kerumunan tersebut sehingga terjadi pertentangan antara mereka itu sendiri.
  • Sering dikatakan, bahwa kerumunan timbul dalam kelas-kelas organisasi sosial suatu masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan tersendiri. Alat-alat pengendalian sosial juga tidak dipunyai karena sifatnya hanya spontan.
  • Individu-individu yang berkerumun, mereka berkumpul secara kebetulan saja di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan. Hal ini bukanlah berarti bahwa sama sekali tidak ada penyebab mengapa mereka berkumpul.

Dapat terjadi bahwa yang menjadi sebab karena mempergunakan fasilitas-fasilitas yang sama dalam memenuhi keinginan pribadinya. Misalnya membeli karcis kereta api untuk bepergian, karcis THR, karcis bioskop, memesan makanan di restoran, menonton pertandingan tinju di GOR, melihat konser band di stadion, dan lain-lain. Semuanya itu terjadi karena penyaluran keinginan yang terdapat pada diri seseorang. Bahkan, kerumunan terjadi disebabkan seseorang ingin meniru perbuatan orang lain, lalu diikuti oleh orang lain yang menyaksikannya.

Norma-norma dalam masyarakat atau pemerintah sering membatasi terjadinya kerumunan. Masyarakat tertentu melarang atau membatasi diadakannya demonstrasi. Suatu kerumunan yang sudah beraksi, bila datangnya pihak lain yang tidak bertanggung jawab mempunyai kecenderungan merusak. Banyak bukti-bukti, bahwa kerumunan liar dianggap sebagai gejala sosial yang kurang disukai dalam masyarakat yang teratur. Sebaliknya ada kerumunan yang dapat diarahkan pada tujuan yang baik seperti kumpulan manusia yang menghadiri suatu ceramah keagamaan.

Oleh karena itu, kerumunan dapat dibedakan atas:
  • kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi,
  • kerumunan yang berguna bagi organisasi masyarakat yang timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya.
Atas dasar perbedaan kerumunan tersebut, kita dapati bentuk-bentuk umum kerumunan sebagai berikut.
  • Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial. Kerumunan ini meliputi kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan dan kerumunan yang dialami sebagai penyalur keinginan saja.
  • Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
  • Kerumunan yang bertindak secara emosional. Mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
  • Bersifat immoral: kerumunan yang bersifat merusak moral.
  • Kerumunan yang bersifat sementara.
  • Kerumunan yang merupakan halangan tercapainya maksud seseorang.
  • Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik karena terkena bencana atau musibah lainnya.
  • Kerumunan penonton yang terjadi karena seseorang ingin melihat adanya kejadian tertentu.

2.  Publik

Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Hubungan publik terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti radio, telepon, televisi, film, dan lain-lainnya. Suatu publik mempunyai suatu pengikut lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Setiap aksi daripada publik diprakarsai oleh keinginan individual. Individu-individu dalam suatu publik masih mempunyai kesadaran kedudukan sosial yang sesungguhnya, dan masih lebih mementingkan diri sendiri daripada bergabung dalam kerumunan.

Di samping contoh yang dikemukakan di atas masih banyak perilaku menyimpang. Misalnya penyalahgunaan wewenang, aksi corat-coret di tembok atau pagar, perkelahian, pelanggaran norma-norma kesusilaan, kebut-kebutan, dan minum minuman keras. Perilaku menyimpang yang dilaksanakan oleh pemuda atau pelajar ditandai dengan dua cara yang berlawanan, yakni sebagai berikut.
  • Sikap melawan yang biasanya disertai dengan rasa takut, bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang.
  • Sikap apatis atau acuh tak acuh biasanya disertai rasa kekecewaan terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi problem-problem sosial dan biologis. Kalau seseorang mencapai usia remaja maka secara fisik dia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan dewasa dalam arti sosial dia masih memerlukan faktor-faktor lainnya. Mereka perlu banyak belajar tentang nilai-nilai dan norma masyarakat, lebih-lebih keadaan masyarakat dan kondisinya berbeda-beda sebagai berikut.
  • Pada masyarakat yang masih sederhana, keadaan ini tidak menimbulkan persoalan. Sebab anak memperoleh pendidikan di lingkungan kekerabatannya. Perbedaan kedewasaan sosial dan biologis tidak terlalu menyolok, posisinya di masyarakat ditentukan oleh usianya.
  • Pada masyarakat kota atau masyarakat maju dan kompleks, terhadap pembagian kerja pada bidang-bidang kehidupan. Pada masyarakat yang kompleks tersebut tidak terlalu menuntut kemampuan fisik, tetapi kemampuan yang bersifat ilmiah.
  • Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah-olah terjepit antara norma lama dengan norma baru.
  • Generasi tua tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan lagi segi usia, tetapi kemampuan. Persoalannya adalah bahwa generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.
  • Kita wajib selektif terhadap pengaruh kebudayaan dari luar yang masuk. Kebudayaan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa harus kita buang dan mengambil kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Minum minuman keras, kebut-kebutan, dan kebebasan sex juga merupakan perilaku menyimpang sebagai hasil proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang, sebab tidak sesuai dengan kepribadian dan kondisi di Indonesia.

Beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan sebagai berikut.
  • Kehidupan keagamaan di perkotaan semakin berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.
  • Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain. Yang penting di sini adalah manusia perorangan atau individu.
  • Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan sebab adanya perbedaan kepentingan, perbedaan paham politik, dan perbedaan agama.
  • Jalan pikiran rasional pada umumnya dianut masyarakat perkotaan. Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi atau ekonomi.
  • Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota mengakibatkan faktor pentingnya waktu bagi warga kota sehingga pembagian waktu sangat penting, untuk mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
  • Di kota-kota, masing-masing individu kurang berani menghadapi orang-orang lain dengan latar belakang yang berbeda, pendidikan yang tidak sama, kepentingan yang berbeda, dan lain-lain.
  • Pembagian kerja di antara masyarakat kota lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  • Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut di atas.

Sekian postingan yang kami bagikan mengenai Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial. Semoga bermanfaat dan anda pun jauh dari namanya prilaku menyimpang yang bersifat negatif.

0 Response to "Mendeskripsikan Terjadinya Perilaku Menyimpang Dan Sikap-Sikap Anti Sosial"

Posting Komentar

-->